Hanya Pikiran Seorang Rakyat Biasa tentang Pemilu 2024


Perkenalkan, saya Adiya. Pria 33 tahun asal Payakumbuh, Sumatera Barat.


Saya jarang sekali menulis tentang negara dan politik. Namun, saya merasa beberapa orang perlu mengutarakan pendapatnya, termasuk saya.


Saya hanya menceritakan pendapat saya kepada adik laki-laki saya. Jadi, bisa dipastikan pendapat ini bisa sangat offensive bagi beberapa orang. Jadi, saya harap Anda yang membaca tulisan saya, bisa berkomentar dengan bijak.


Pemilu 2024 menimbulkan banyak sekali polemik dan polarisasi. Semua orang lebih fokus pada pertarungan calon presiden dibandingkan pertarungan di daerah. Walaupun ada 3 paslon, namun polarisasi tetap terjadi di masyarakat. Tak jarang, perbedaan pilihan menimbulkan perselisihan hebat di lingkungan pertemanan bahkan keluarga.


Jujur, saya menyenangi semua calon. Karena mereka adalah putra terbaik bangsa, dengan segala latar belakang dan kelebihan.


Tapi, saya tidak begitu cocok dengan demokrasi yang dijalankan hari ini.


Saya tahu, semua orang punya pendapatnya masing-masing. Tapi, tidak semua orang memilih berdasarkan kapasitas calon pemimpin.


Sebagai contoh, di daerah saya ada calon anggota DPD RI, seorang Dokter Muda mendapatkan suara terbanyak di Dapil saya.


Visi misinya memang bagus untuk dunia kesehatan. Namun, mayoritas pemilih mengaku di media sosial bahwa mereka memilih Dokter Muda ini karena cantik dan balihonya ada dimana-mana.


Karena itu, saya berpikir, apakah demokrasi itu seharusnya berjalan seperti ini?


Apakah demokrasi sama dengan voting?


Saya mulai membaca lagi literasi Minangkabau disaat membuat satu keputusan. Dimana 3 pihak penting di masyarakat yaitu Alim Ulama (Tokoh Agama), Cadiak Pandai (Cendikiawan) dan Niniak Mamak (Tokoh Adat dan Tokoh Masyarakat) bermusyawarah dan bermufakat mencari solusi dan keputusan.


Saya berpikir, bukankah musyawarah kita dilakukan dengan cara musyawarah dan mufakat oleh para ahli dan tokoh yang mewakilkan kita sebagai masyarakat umum? Mereka yang mempunyai kapasitas dan mereka yang tidak akan memilih karena cantik dan sering terlihat?


Kemudian, saya juga membaca satu tulisan dimana seharusnya seorang pemimpin harusnya diusung oleh para ahli ini, bukan mengusung diri sendiri dan meminta dukungan dari orang lain.


Saya cukup setuju dengan ini, karena akan ada kandidat-kandidat hebat yang muncul dari pengakuan orang lain yang sudah melihat kemampuannya.


Tapi, ini hanyalah pikiran seorang rakyat biasa. Bisa saja ada counter yang logis untuk pikiran saya ini. Atau bisa juga ada yang punya pikiran yang sama dengan saya.


Jika kamu punya komentar, silahkan tuliskan di kolom komentar dibawah!


Di kesempatan lain, saya akan membagikan tulisan lain tentang "Pikiran Seorang Rakyat Biasa tentang Negara Indonesia dan Otonomi Daerah".

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.