5 Pelajaran Bisnis yang Bisa Dipetik dari Film Milly dan Mamet

Ada Apa Dengan Cinta menjadi salah satu film dengan jumlah penonton terbanyak di Indonesia, baik yang pertama maupun yang kedua. Namun, yang ingin saya bahas kali ini bukan tentang Cinta dan Rangga, melainkan pemeran lainnya yaitu Milly dan Mamet.

milly-dan-mamet-review
Poster Film Milly dan Mamet

Jujur saja, saya tidak begitu mengikuti film Ada Apa Dengan Cinta, dan tidak tahu begitu banyak tentang jalan cerita nya secara detail karena saya hanya baca review dan sinopsis nya. Namun, ketika Starvision & Miles Films berencana membuat Milly dan Mamet, saya lumayan tertarik.

Ok, sebelum saya cerita lebih panjang tentang Milly dan Mamet, saya mau cerita sedikit tentang film karya Ernest Prakasa. Saya adalah orang yang selalu mengikuti perjalanan karir Ernest, mulai dari stand up nya, wawancara nya di TV, dan juga film nya. Mulai dari Ngenest, Cek Toko Sebelah dan Susah Sinyal saya selalu nonton. Awalnya saya agak ragu untuk nonton film nya Ernest, karena dalam benak saya selalu terngiang, "palingan mirip-mirip ama film nya Radit". Dan setelah saya nonton Ngenest, seperti nya saya salah. Gaya penceritaan Ernest ternyata berbeda dengan Radit. Film-film Ernest Prakasa dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan tidak membahas hanya tentang cinta seperti Radit.

Film pertama, Ngenest, walaupun saya bisa menebak pola nya, tapi saya tidak merasa bosan. Pengenalan tokoh, problem sebagai minoritas, lika liku hidup, kebangkitan dan akhirnya happy ending. Bahkan di film kedua dan ketiga, saya juga melihat pola itu, namun saya tidak merasa bosan meskipun tahu pola nya, saya sangat menikmati.

Film-film Ernest saya lihat juga berusaha merangkul penonton dari semua kalangan usia. Seperti di film Susah Sinyal, itu yang paling kentara menurut saya. Dari sudut pandang komedi, Ernest memasukkan unsur komedi anak muda di pemeran muda nya, unsur komedi usia 30an dimasukkan di percakapan di kantor, dan komedi receh ala bapak-bapak ditampilkan salah satu nya di sosok Chew Kin Wah.

Saya memang bukan praktisi bahkan kritikus film, saya hanya menceritakan apa yang saya lihat, dengar dan rasa.

Kita beralih ke Milly dan Mamet, yang membuat saya senang adalah ternyata film ini ditulis dan disutradarai juga oleh Ernest Prakasa bersama istrinya. Film ini dibintangi oleh Sissy Priscillia, Dennis Adhiswara, Ernest Prakasa, Julie Estelle, Yoshi Sudarso, Roy Marten, Dinda Kanyadewi, Isyana Sarasvati, Surya Saputra, Arafah Rianti, Bintang Emon, Aci Resti, Eva Celia Latjuba, Dian Sastrowardoyo, Adinia Wirasti, Titi Kamal, Pierre Gruno, Ardit Erwandha, dan masih banyak lagi. Membuat film ini menjadi salah satu film dengan ekspektasi tinggi di mata penonton karena diisi oleh bintang-bintang top.

Dari segi cerita, awal nya saya agak ragu, apakah Ernest akan memainkan pola yang sama. Dan ternyata memang iya, namun lebih kompleks, karena problem tidak datang dari satu atau dua arah, melainkan lebih dari itu.

Masalah Mamet, ia ingin dihormati oleh semua orang, ia juga ingin dilirik banyak wanita. Setelah menikah dengan Milly, Mamet juga dihadapkan dengan kesibukan di bisnis milik mertua nya. Disana pun ia ingin menunjukkan kepada mertua nya kalau dia adalah menantu yang bisa diandalkan. Namun kemudian, terjadi masalah dan ia memilih untuk keluar dari sana. Mamet akhirnya bisa bekerja sesuai passion nya yaitu memasak, sebagai seorang Chef.

Apakah Mamet bahagia disana dan bisa membahagiakan Milly dan anak nya?

Masalah Milly, setelah ia menikah dan punya anak, ternyata dia tidak enjoy menjadi ibu rumah tangga. Ditambah lagi, setelah Mamet sibuk dengan bisnis baru nya di Restoran Chef Mamet, Milly menjadi sangat kesepian karena Mamet larut dengan pekerjaannya. Milly adalah wanita yang bosanan, sehingga ia ingin untuk mencari kesibukan lain. Milly sempat ingin bekerja lagi di bank, namun ia akhirnya memilih untuk menggantikan posisi Mamet di pabrik milik ayahnya. Masalah kembali muncul saat Sakti, anak Milly dan Mamet ternyata tidak bisa ditinggal dengan pembantu nya.

Hingga pada akhirnya, semua masalah bisa diselesaikan dengan adanya sifat saling pengertian dan mau mendengarkan. Nah, itu dia pelajaran moral yang bisa kita petik.

pelajaran-bisnis-dari-film


Tapi tidak sampai disitu dong

Judul saya kali ini adalah pelajaran bisnis yang bisa dipetik dan film Milly dan Mamet, karena film ini juga berbicara tentang dunia kerja dan bisnis. Ini dia beberapa pelajaran bisnis yang bisa kita ambil versi Adiya.

1. Kejujuran adalah aspek penting yang harus diperhatikan ketika mendirikan dan menjalankan sebuah usaha


Hal ini terlihat dari Mamet saat menjalankan usaha baru nya sebagai seorang Chef. Mamet sangat mempercayai rekan nya, Alex, yang diperankan oleh Julie Estelle. Namun, ternyata Alex mendapatkan dana investasi dari hasil money laundry seorang pengusaha. Setelah mengetahui hal ini, Mamet langsung meninggalkan bisnis tersebut karena Alex sudah menodai kejujuran.

2. Ikuti passion mu

Mamet mempunyai passion di bidang kuliner, khusus nya masak memasak, menjadi seorang Koki. Ketika terjun ke bisnis baru nya, Mamet bisa bekerja total dan merasa bahagia. Walaupun akhir nya dia meninggalkan bisnis tersebut. Pada akhirnya Mamet tetap menjadi seorang Chef dan mendirikan bisnis katering bersama Milly.

3. Go digital

Di salah satu scene Milly, ia berkata kepada pembantu nya, Sari, akan transfer uang belanja. Disana Milly berkata "sekarang transfer uang bisa pakai nomor hp saja". Meskipun scene ini diisi oleh sponsor, namun hal ini merupakan pesan yang bagus. Bahwa digital bisa memudahkan kita dalam bertransaksi.

Disaat opening Restoran Chef Mamet pun, teman-teman Milly berkata bahwa mereka (Mamet dan Alex) harus mengelola akun instagram mereka dengan baik, salah satu nya dengan menyertakan caption yang bisa membuat follower nya suka dan tertarik dengan feed mereka dan akhirnya berkunjung ke restoran tersebut.

Milly juga memberikan saran kepada Mamet untuk mengirimkan makanan atau mendatangkan Mama Itje ke Restoran Chef Mamet, seorang Food Vlogger yang diperankan Melly Goeslaw, untuk mereview makanan-makanan yang dijual di Restoran Chef Mamet. Walaupun pada akhirnya, Mama Itje tidak jadi mereview makanan di Restoran Chef Mamet. Ia justru muncul di akhir scene dan mereview makanan katering milik Milly & Mamet.

4. Produk dan pelayanan terbaik

Menjual produk yang memiliki value khusus apalagi niche adalah salah satu poin penting membangun sebuah bisnis. Bisnis makanan Mamet didasarkan atas hal itu, menghadirkan makanan enak dan berkualitas yang juga bagus untuk kesehatan.

Selain itu, service juga harus diperhatikan. Di salah satu scene di dapur restoran, Robby yang diperankan oleh Ardit Erwandha membawa kembali makanan yang sudah disajikan namun di komplain oleh pelanggan nya karena dirasa sudah kadaluwarsa. Saat itu juga Mamet memerintahkan Robby untuk meminta maaf kepada pelanggan, mengganti makanan nya dan memberikan voucher kepada pelanggan tersebut.

Saya sendiri sebagai pelanggan juga pasti sangat kesal jika disajikan makanan yang sudah tidak segar, namun jika pemilik restoran meminta maaf, apalagi memberikan tambahan voucher diskon, saya akan memaklumi dan akan datang lagi kesana. Lain hal nya jika tidak ditanggapi dengan baik, saya pasti tidak akan kembali lagi kesana.

5. People Management

People Management ditunjukkan di scene-scene yang berlokasi di Pabrik milik mertua Mamet dan juga di Restoran Chef Mamet.

Pada saat Mamet masih bekerja di Pabrik mertua nya, Mamet berbagi makanan dengan karyawan nya. Hal ini akan berdampak pada tingkat loyalitas dan kepedulian karyawan terhadap pimpinan & perusahaan.

Saat opening Restoran Chef Mamet, ia juga menyayangkan sifat James (Yoshi Sudarso) sang investor yang memarahi Robby. Jika karyawan melakukan kesalahan, sebaik nya kita sebagai pemilik bisnis harus menasehati dengan cara yang baik. Kecuali jika karyawan nya emang bandel, tidak bisa dibina ya memang harus dimarahi dengan keras atau bahkan dipecat.

Di scene lain, people management dan time management ditunjukkan oleh Yongki (Ernest) yang terpilih sebagai pimpinan baru di Pabrik tekstil mertua nya Mamet. Meskipun penampilan Yongki tidak sesuai dengan sosok sang pimpinan perusahaan pada umum nya, namun perlakuan nya terhadap karyawan sangat manusiawi. Di waktu makan siang, Yongki memerintahkan karyawan nya untuk berhenti bekerja dan istirahat makan siang. Terlihat pro karyawan? Sama sekali tidak. Hal ini sebenarnya normal, jika karyawan terus bekerja, efek yang dihasilkan pasti buruk.

Sekarang ini banyak kita lihat karyawan yang bekerja saat istirahat, tapi malas saat jam kerja. Ini lah yang ingin dihindari oleh Yongki, ia ingin agar karyawan nya benar-benar fokus kerja saat jam kerja.

Apakah kamu sebagai pemilik bisnis sudah melakukan itu?

Itu dia 5 Pelajaran Bisnis yang Bisa Dipetik dari Film Milly dan Mamet.

Sudahkah kamu nonton Milly dan Mamet?

Jika belum, silahkan tonton di bioskop-bioskop terdekat, karena film Milly dan Mamet masih tayang. Bahkan sampai tulisan ini dibuat, jumlah penonton Milly dan Mamet sudah mencapai sudah mencapai 430.089 lho.

Kalau kamu suka dengan tulisan ini, silahkan share ke teman-teman mu ya.

Terima kasih dan semoga libur akhir tahun mu menyenangkan.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.