Jendela Dunia untuk Mentawai

Assalamualaikum

Hari ini saya sedang berada di Bank Indonesia, Padang dalam kegiatan Pesta Wirausaha Tangan di Atas. Saya ikut memeriahkan ini di booth komunitas nomor 22, Street Photo Hunters.

Di kegiatan ini saya meng-kampanye-kan Jendela Dunia untuk Mentawai. 

Copyright Zulfikar

Jendela dunia untuk Mentawai adalah sebuah program amal untuk pendidikan anak-anak di Bumi Sikerei melalui fotografi. Mentawai adalah salah satu kabupaten di Sumatera Barat yang terpisah dengan pulau Sumatera. 
Wilayah yang jauh dari pusat kota membuat daerah ini lambat berkembang, termasuk dari segi pendidikan. Pendidikan di Mentawai sangat terbatas, baik dari segi perlengkapan maupun peralatan, khususnya di Bumi Sikerei. Mereka sekolah di Balai-Balai Desa tanpa adanya sekat antar kelas, empat kelas dengan dua orang guru. 
Lemari buku juga belum ada, oleh sebab itu semua buku di bawa pulang oleh guru setelah proses belajar mengajar selesai. Di sisi lain, anak-anak ini memiliki semangat yang tinggi untuk sekolah. Orang tua mereka pun sangat ingin anak-anaknya untuk bisa sekolah. 
Ironi, anak-anak ini memiliki keinginan yang kuat namun tidak memiliki prasarana yang memadai.

Demikian narasi yang disampaikan Muhammad Ikhwan, Ketua Street Photography Festival 2015 Sumatera Barat. Street Photo Hunters ingin agar hasil karya ini tidak hanya bernilai dari sisi seni, namun juga berdampak secara langsung maupun tidak langsung kepada kehidupan sosial, ekonomi, masyarakat, dll.

Dari sisi seni tentunya kegiatan SPH sampai saat ini sudah memberikan dampak yang besar, tidak hanya di Sumatera Barat, bahkan sudah sampai ke level internasional. Contohnya, SPH pernah ikut andil dalam kegiatan One Minute On Earth, sebuah kegiatan amal untuk anak-anak Jalanan di Afrika yang di manage oleh Kujaja di Jerman.
Dari sisi sosial dan charity SPH tidak ingin hanya sekedar memberikan begitu saja. SPH ingin pesan dan keinginan mereka untuk membantu anak-anak di Bumi Sikerei juga dirasakan oleh banyak orang. Oleh karena itu kegiatan dimulai dari Pameran Foto (Mengenalkan Street Photography) > Workshop Street Photography (Edukasi) > Street Hunting (Mengaplikasikan ilmu yang didapat dari Workshop) > Lelang Foto (Penjualan hak pakai foto) > Jendela Dunia untuk Mentawai (Kegiatan amal). Jadi kegiatan ini bisa menjangkau banyak pihak, tidak hanya Penyelenggara, Donatur dan Anak-Anak di Bumi Sikerei, tapi juga bisa menyentuh hati orang banyak.

Kamu bisa ikut membantu secara aktif dengan cara donasi ke kitabisa.com/jendeladuniamentawai/  (reviewing). Video campaign Jendela Dunia untuk Mentawai bisa dilihat di https://www.youtube.com/JendelaDuniaUtkMentawai 

Secara individual, saya sempat berpikir kenapa pendidikan di Bumi Sikerei sangat jauh dari kata memadai. Bisa teman-teman bayangkan satu ruangan dibagi 4 kelas, tidak ada sekat, duduk saling membelakangi dengan kelas lain, yang ini belajarnya berhitung yang dibelakang belajarnya membaca, suara bercampur dalam satu ruangan, dua guru berganti-gantian mengajar di empat kelas. Ketika saya bertemu aktivis dari Yayasan Citra Mandiri Mentawai. Mereka mengutarakan bahwa anak-anak di Bumi Sikerei sangat membutuhkan perlengkapan sekolah seperti buku tulis, alat tulis, buku pelajaran, seragam sekolah, tas sekolah, sepatu, buku pelajaran, lemari buku, dll. Namun yang menjadi prioritas mendasar adalah guru dan trainer untuk para guru. Guru disana rata-rata merupakan penduduk asli tamatan SMA. 

Saya sendiri pernah menjadi guru SMK selama satu semester. Melihat keadaan di Bumi Sikerei ini saya merasa sangat tersentuh. Kondisinya sangat berbeda dengan sekolah yang saya kunjungi. Dari video dokumentasi yang direkam oleh Zulfikar, saya mendapatkan gambaran jelas kondisi disana. Ternyata jauh lebih menyedihkan dibandingkan dengan yang saya bayangkan. Saya pun menitikkan air mata ketika melihat video dokumentasi tersebut. Untuk orang yang jarang mengeluarkan air mata, ini merupakan sebuah keadaan yang luar biasa bagi saya. 

Saya bertanya kembali, apakah program SM3T dari Universitas Negeri Padang, Perguruan Tinggi tempat saya bernaung tidak menyentuh daerah ini. Padahal saya pernah mendapatkan informasi bahwa SM3T juga ada untuk daerah Mentawai. Ternyata program yang menyediakan calon guru ini diperuntukkan untuk daerah Papua, Nusa Tenggara dan Aceh. Mungkin ada beberapa alasan oleh para pengambil kebijakan kenapa Mentawai tidak termasuk dalam SM3T, saya tidak tahu. Tapi keadaan ini seperti pribahasa yang pernah saya dengar sewaktu masih berseragam SD, "Gajah di pelupuk mata tidak terlihat, Semut di seberang lautan tampak". Ini adalah realita pribahasa yang saya pelajari saat SD, teman-teman semua apakah merasakan hal yang sama dengan saya?

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.